Pentingnya penerapan MEA(means ends analysis) bagi sektor pendidikan di indonesia.
M.Isna Qurrata A’yun
Jurusan P.
Geografi Universitas Negeri Sebelas Maret
Abstrak
Kondisi Umum {1}.Pendidikan yang
layak harus memiliki ruangan yang mendukung pembelajaran. (2).Memiliki guru
yang profesional dan mengerti penerapan MEA untuk pesrta didik (3).Ada sarana
dan prasarana yang di butuhkan untuk penerapan sistem MEA di lingkup
pembelajaran dalam kelas. (4). Ada siswa yang menjadi terget penerapan sistem
MEA. Kondisi yang di harapkan Peserta didik mampu memahami sistem pembelajaran
MEA ,(1).mampu menerapkan sistem analysis di pembelajaran metematika, fisika
dll. (2).Lebih enjoy di terapan dalam
pembelajaran.(3).Peserta didik
mengikuti pembelajaran dengan baik penuh dengan kosentrasi. Kondisi yang
terjadi saat ini , (1) Susah menerapkan sistem Analysis pada peserta didik
,apalagi materi yang berkaitan ke arah matematik/perhitungan. (2)Para siswa/siswi tidak kondusif di dalam kelas , ada yang
bosan, jenuh ,tidur dan berbicara sendiri.(3) Para guru/pendidik masih banyak
yang belum sepenuhnya mengerti tentang
sistem MEA. (4) Sarana dan prasarana yang di butuhkan masih kurang. Solusi Para
dewan guru / pengajar hendaknya menerapkan sistem analyisis ke dalam materi
yang lebih menarik dan mudah di mengerti
dengan banyak peraktek yang tidak membosankan. Hindari pembelajaran
yang hanya di penuhi teori-teori tanpa
adanya praktek.
Abstract
General Kondition {1} .education
eligible must have a room that supports learning. (2) .It has a professional
teacher and understand the application of MEA to pesrta students (3) .There
facilities and infrastructure needed for the implementation of MEA system in the
scope of learning in the classroom. (4). There are students who became the
target application MEA system. Conditions are expected Learners are able to
understand the learning system MEA, (1) .mampu implement the system in learning
mathematical analysis, physics etc. (2) .Better enjoy on applied learning. (3)
The following study .Peserta students are well stocked with concentration.
Conditions that occur at this time, (1) Difficult to apply the Analysis system
to students, especially the material relating to the direction of mathematics /
calculations. (2) The pupils / students are not conducive in the classroom,
there are bored, bored, sleep and speak for themselves. (3) The teachers /
educators are still many who do not fully understand the MEA system. (4)
Facilities and infrastructure are in need are lacking. Solution The council
teachers / tutors should apply Analyisis system into the material more
interesting and easy to understand with many peraktek that is not boring. Avoid
learning only fulfilled theories without practice.
A.
PENDAHULUAN
Newell dan Simon (dalam
Fitriani, 2006: 22) menyatakan bahwa, Mengembangkan suatu jenis pemecahan
masalah dengan berdasarkan strategi heuristik yang lebih umum, yang disebut
MEA. Melalui model MEA seseorang yang menghadapi masalah mencoba membagi
permasalahan menjadi bagian-bagian tertentu dari permasalahan tersebut.
Model pembelajaran Means-Ends
Analysis (MEA) berbantuan game asah otak. Secara etimologis, MeansEnds
Analysis terdiri dari tiga unsur kata yaitu Means, Ends, dan Analysis. Means
yang berarti cara, Ends yang berarti tujuan, serta Analysis yang berarti
menyelidiki dengan sistematis.
Suherman
(2008: 6) menyatakan bahwa: “Model pembelajaran MeansEnds Analysis (MEA)
merupakan model pembelajaran yang menyajikan materi dengan pendekatan
Amalia, Sofri Rizka– Pengaruh Model Means-Ends Analysis
Volume 3. No 1. Maret 2016 Dialektika P. Matematika ISSN: 2089 – 4821 22 pemecahan masalah berbasis heuristik”.
Amalia, Sofri Rizka– Pengaruh Model Means-Ends Analysis
Volume 3. No 1. Maret 2016 Dialektika P. Matematika ISSN: 2089 – 4821 22 pemecahan masalah berbasis heuristik”.
Model ini lebih memusatkan pada perbedaan
antara pernyataan sekarang (the current state of the problem) dengan
tujuan yang hendak dicapai (the goal state). Model tersebut akan dibantu
dengan game asah otak. Game asah otak disini berupa permainan yang menggunakan
logika matematika sehingga pelajar akan lebih fokus dan tidak bosan dalam
pembelajaran. Game dilakukan setelah kelompok menyajikan hasil karya.
Newell dan Simon (dalam
Fitriani, 2006: 22) menyatakan bahwa “Mends-Ends Analysis merupakan suatu
proses untuk memecahkan suatu masalah ke dalam dua/lebih sub tujuan dan
kemudian dikerjakan berturut-turut pada masing-masing tujuan tersebut”.
Glass dan Holyoak
(dalam Fitriani, 2006: 23) menyatakan bahwa “MEA memuat dua langkah yang
digunakan berulang-ulang”. Langkah-langkah tersebut adalah:
a. Mengidentifikasi perbedaan antara
current state (pernyataan sekarang) dan
goal state(tujuan);
b. Menyusun sub tujuan (sub goal) untuk
mengurangi perbedaan tersebut;
c. Memilih operator yag tepat sehingga sub
tujuan yang telah disusun dapat dicapai.
Jadi model MEA adalah
suatu model pembelajaran yang mengoptimalkan kegiatan pemecahan masalah, dengan
melalui pendekatan heuristik yaitu berupa rangkaian pertanyaan yang merupakan
petunjuk untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Guru/Dosen
hanya berperan sebagai fasilitator yang memberi kemudahan bagi siswa. Proses
pembelajaran dengan model MEA memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan
pemecahan masalah.
Siswa mengelaborasi
masalah menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana. Tentunya dalam tahap ini
siswa dituntut untuk memahami soal atau masalah yang dihadapi. Kemudian
mengidentifikasi perbedaan antara kenyataan yang dihadapi dengan tujuan yang
ingin dicapai, setalah itu siswa menyusun sub-sub masalah tadi agar terjadi
konektivitas atau hubungan antara sub masalah yang satu dengan sub masalah yang
lain dan menjadikan sub masalah-sub masalah tersebut menjadi kesatuan, siswa
mengajarkan berturut-turut pada masing-masing sub masalah tersebut.
Pada tahap ini siswa memikirkan solusi (cara)
yang paling tepat, efektif dan efisien untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Setelah itu dilakukan pengecekan kembali untuk melihat hasil
pengerjaan dan mengoreksi jika terdapat kesalahan perhitungan atau kesalahan
dalam pemilihan strategi solusi.
dengan mengedepankan
sistem analysisi sangat perlu untuk menunjang prestasi siswa supaya tidak kalah
dengan pelajar dari negara lain. Memperbaiki mental merupakan hal yang sangat
penting ,karena mental merupakan alat
utama yang di perhitungkan dalam penunjang sebuah prestasi.
Sarana
dan perasarana yang baik juga merupakan sesuatu yang sangat penting.anak akan
susah mencapai sebuah prestasi jika sarana dan perasarana yang di gunakan itu
kurang. Penerapan sistem MEA (Means Ends Analysis ) di dalam pembelajaran
indonesia sangat di butuhkan, karena dengan kita mengacu pada analysis dan di
dukung dengan praktek akan menjawaban
semua permasalahan tentang pendidikan.
Memiliki
guru yang profesioanal juga merupakan sebuah keharusan. Bayangkan jika di dalam
sebuah pembelajaran gurunya sendiri tidak paham akan bahan yang akan di
ajarkan, bagaimana murid akan mengerti dan faham dari konteks pembelajaran
tersebut. Dalam penerapan MEA( Means Ends Analysis) sangat di perlukan guru
yang sangat profesional,karena jika tidak pembelajaran tidak akan masuk dengan
baik dan bahayanya lagi anak tidak mendapat apa-apa.
Selain
sarana dan prasarana yang mendukung maka harus ada juga sebuah ruangan yang di
gunakan dalam pembelajaran. Harus ada sebuah target yaitu para siswa/siswi yang
ada di dalam ruangan belajar. Itu semua merupakan hal yang umum yang harus di
libatkan dalam pembelajaran yang baik.
Dalam
pembelajaran yang bersistem MEA (Means Ends Analysis ) seharusnya menghasilkan
sebuah perubahan . baik itu perubahan yang di rasakan dalam diri sendiri atau
perubahan-perubahan lainnya.
Peserta
didik mampu memahami pembelajaraan MEA. Dengan memahami sistem pembelajaran MEA
terlebih dahulu maka kedepannya mampu menerapkan pembelajaran itu. Memahami
sistem analysis dengan baik.
Mampu
menerapkan sistem analysis di pembelajaran metematika, fisika dll. Sistem
pembelajaran MEA sangat erat dengan semua pembelajaran. Bisa di terapkan dengan
pembelajaran yang hitung-hitungan seperti matematika , fisik dll. Karena
perhitungan pun memerlukan analysis yang baik. Bisa juga di terapkan dalam ilmu
hukum,sejarah dan semua nya.
Peserta ddik mampu menerapkan di dalam kehidupan
keseharian. Siswa dan siswi bisa di katakan berhasil ketika mereka bisa belajar
sistem analysis dengan enjoy dan penuh dengan konsentrasi . dengan seperti itu penerapan sistem MEA bisa
berjalan dengan lancar.
Tapi
kenyataan yang terjadi saat ini. Di indonesia sangat susah untuk menerapkan
sistem pembelajaraan analysis . karena banyak anak2 yang tidak mau berfikir keras
hanya ingin sedikit berfikir saja. Ini yang menyebabkan kita kurang maju.
Kebanyak dari anak indonesia lebih suka
bermain sendiri dan tidak berkonsentrasi pada pelajaran. Tidak mau serius untuk
memahami , maka dari itu mereka tidak bisa menerapkan ke dalam kesehariannya.
Maka solusi yang paling tepat untuk mengatasi masah
yang mengganjal dengan menerapkan sistem analyisis ke dalam materi yang lebih
menarik dan mudah di mengerti dengan
banyak peraktek yang tidak membosankan.
Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa MEA itu merupakan pengembangan suatu jenis pemecahan
masalah dengan berdasarkan suatu strategi yang membantu siswa dalam menemukan
cara penyelesaian masalah dengan melalui penyederhanaan masalah yang berfungsi
sebagai petunjuk dalam menetapkan cara yang paling efektif dan efisien untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
B.
METODE PENELITIAN
Kegiatan ini
menggunakan metode menggunakan metode penelitian kepustakaan dan wawancara yang
di tujukan kepada beberapa dosen dan Mahasiswa minimal semester 5 Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret yang mengamati
pendidikan di Indonesia.
Dengan memanfaatkan
media seperti buku-buku dan internet sebagai bahan mencari materi. Dalam
penggunaan metode penelitian pustaka harus teliti jan jeli dalam memilih
buku-buku atau internet. Terutama internet pada saat ini banyak orang yang
menulis apapun.
Bisa jadi orang itu
benar-benar menulis sesuai pengetahuannya , atau bisa juga orang itu menulis
asal. Karena keberadaan internet tidak bisa di batasi.
Dalam menggunakan
metode wawancara untuk mendapatkan kajian yang lebih baik lagi maka harus
dengan narasumber yang meyakinkan.
Dengan pelan pelan mengajak narasumber untuk
membahas mengenai MEA , mengajukan beberapa pertanyaan yang bersangkutan dengan
MEA di sektor pedidikan , sampil memperhatikan masukan para narasumber yang
sedang menjawab pertanyaan dan menceritakan pengalamannya.
Dalam penerapan metode wawancara harus memilih-milih
narasumber yang pas dan memang sesuai. Tidak harus semua dosen dan mahasiswa ,
tapi beberapa
saja sudah bisa memberikan kesimpulannya. Karena beberapa faktor seperti waktu
dan lain-lain di pertimbangkan, maka beberapa saja sudah cukup.
Kaitannya kedua metode penelitian dan wawancara ini
adalah saat semua bersumber dari buku-buku dan internet kita perlu pandangan
dari pihak luar juga untuk memperkuat kajian kita.
C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Glass dan Holyoak
(dalam Fitriani, 2006: 23) menyatakan bahwa “MEA memuat dua langkah yang
digunakan berulang-ulang”. Langkah-langkah tersebut adalah:
a.
Mengidentifikasi perbedaan antara current state (pernyataan
sekarang) dan goal state (tujuan);
b.
Menyusun sub tujuan (sub goal) untuk mengurangi perbedaan tersebut;
c.
Memilih operator yag tepat sehingga sub tujuan yang telah disusun dapat
dicapai.
Suherman (2008 : 18)
mengemukakan bahwa: Model pembelajaran MEA adalah variasi dari pembelajaran
pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan
masalah berbasis heuristik, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih
sederhana, identifikasi perbedaan susunan sub-sub masalah sehingga terjadi
konektivitas, pilih strategi solusi.
Jadi model MEA adalah
suatu model pembelajaran yang mengoptimalkan kegiatan pemecahan masalah, dengan
melalui pendekatan heuristik yaitu berupa rangkaian pertanyaan yang merupakan
petunjuk untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Guru hanya berperan
sebagai fasilitator yang memberi kemudahan bagi siswa. Proses pembelajaran
dengan model MEA memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pemecahan masalah.
Siswa mengelaborasi masalah menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana.
Tentunya dalam tahap ini siswa dituntut untuk memahami soal atau masalah yang
dihadapi.
Kemudian mengidentifikasi perbedaan antara
kenyataan yang dihadapi dengan tujuan yang ingin dicapai, setalah itu siswa
menyusun sub-sub masalah tadi agar terjadi konektivitas atau hubungan antara
sub masalah yang satu dengan sub masalah yang lain dan menjadikan sub masalah-sub
masalah tersebut menjadi kesatuan, siswa mengajarkan berturut-turut pada
masing-masing sub masalah tersebut. Pada tahap ini siswa memikirkan solusi
(cara) yang paling tepat, efektif dan efisien untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Setelah itu dilakukan pengecekan kembali untuk melihat hasil
pengerjaan dan mengoreksi jika terdapat kesalahan perhitungan atau kesalahan
dalam pemilihan strategi solusi.
Langkah-langkah proses pembelajaran dengan model
MEA:
1. Siswa
dijelaskan tujuan pembelajaran. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih;
2. Siswa
dibantu mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, dll);
3. Siswa
dikelompokan siswa menjadi 5 atau 6 kelompok (kelompok yang dibentuk harus
heterogen), dan memberi tugas/soal pemecahan masalah kepada setiap kelompok;
4. Siswa dibimbing siswa untuk mengidentifikasi
masalah, menyederhanakan masalah, hipotesis, mengumpulkan data, membuktikan
hipotesis, menarik kesimpulan;
5. Siswa
dibantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan;
6. Siswa
dibimbing untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Pembelajaran dengan model MEA menuntut siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga siswa yang
dominan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan motivator. Materi pembelajaran tidak disajikan dalam
bentuk jadi, tetapi harus merupakan temuan dari siswa sehingga pembelajaran
akan semakin bermakna.
Menurut Suherman dan
Winataputra (dalam Rohayati, 2005: 13) bahwa,Pengajaran secara bermakna
(meaningfull learning) dimaksudkan sebagai pembelajaran yang mengutamakan
pengertian daripada hafalan. Bukan belajar menerima (reception learning). Dalam
belajar bermakna aturan-aturan matematika tidak disajikan dalam bentuk jadi,
sebaliknya aturan-aturan tersebut harus ditemukan oleh siswa melalui
contoh-contoh secara induktif, kemudian dibuktikan secara deduktif.
Beberapa bentuk belajar
bermakna menurut Wilis (dalam Rohayati, 2005: 15).
1.
Belajar Represional
Belajar represional merupakan suatu proses belajar
untuk mendapatkan makna dari simbol-simbol.
2.
Belajar Konsep
Suatu konsep akan mempunyai makna logis dan makna
psikologis. Makna logis terbentuk karena pemahaman akan ciri-ciri umum yang
ditemukan dalam kehidupan. Makna psikologis merupakan makna yang diperoleh dari
pengalaman pribadi/subjek individu.
3.
Belajar Proporsi
Proporsi merupakan suatu ungkapan yang menjelaskan
hubungan antara dua atau lebih konsep. Proporsi ini ada yang umum dan ada yang
khusus.
4.
Belajar diskaveri
Belajar ini menekankan kepada penemuan dan pemecahan
oleh siswa sendiri.
5.
Belajar Pemecahan Masalah
Pemecahan mesalah merupakan salah satu bentuk
pembelajaran diskaveri tingkat tinggi. Siswa dihadapkan kepada suatu masalah
yang perlu pemecahan. Siswa berusaha membatasi masalah, membuat jawaban
sementara, mencari data-data, mengadakan pembuktian hipotesis dan menarik
kesimpulan.
6.
Belajar Kreativitas
Belajar ini merupakan bentuk belajar diskaveri
tingkat tinggi dengan bermodalkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Siswa
dituntut untuk menciptakan dan melahirkan sesuatu yang baru.
Menurut Sofa, (Januari
30,2008) bahwa Belajar diskaveri memerlukan proses mental seperti mengamati,
mengukur, menggolongkan, menduga, menjelaskan dan mengambil kesimpulan. Pada
kegiatan diskaveri guru hanya memberikan masalah dan siswa disuruh memecahkan
masalah melalui percobaan. Keterampilan mental yang dituntut lebih tinggi dari
diskaveri antara lain: merancang dan melakukan percobaan, mengumpulkan dan
menganalisis data dan mengambil kesimpulan.
Model MEA memiliki keunggulan dalam penerapannya
dalam proses pembelajaran. Adapun keunggulannya adalah sebagai berikut:
1. Siswa
dapat terbiasa untuk memecahkan/menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah
matematik;
2. Siswa
berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan
idenya;
3. Siswa
memiliki kesempatan lebih benyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan matematik;
4. Siswa
dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara
mereka sendiri;
5. Siswa
memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab pertanyaan
melalui diskusi kelompok;
6.
Strategi heuristik dalam MEA memudahkan siswa dalam memecahkan masalah
matematik.
Selain memiliki keunggulan, model MEA juga memiliki
kelemahan.
Kelemahan tersebut sebagai berikut:
1.
membuat soal pemecahan masalah yang bermakna bagi siswa bukan merupakan
hal yang mudah;
2.
mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga
banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon masalah yang
diberikan;
3. lebih
dominannya soal pemecahan masalah terutama soal yang terlalu sulit untuk
dikerjakan, terkadang membuat siswa jenuh;
4.
sebagian siswa bisa merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak
menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Noorsari
Agasti (2009) dengan judul: Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SD
melalui model pembelajaran Means Ends analiysis dalam “studi eksperimen pada
siswa kelas IV di kota Bandung” diperleh hasil bahwa
1) Peningkatan
kemampuan komunikasi siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran Means Ends analiysis lebih baik dari pada siswa yang memperoleh
pembelajaran matematika biasa.
2) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang memperoleh matematika dengan model pembelajaran Means Ends
analiysis lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika
biasa.
3) terdapat perbedaan
komunikasi siswa berdasarkan kemampuan awal matematika.
4) Tidak terdapat perbedaan kemampuan
pemecahan masalah matematis berdasarkan kemmpuan awal matematika.
5) Tidak terdapat intraksi siswa berdasarkan
model pembelajaran dan klasifikasi kemampuan awal matematika terhadap kemampuan
komunikasi matematis,
6) Terdapat keterkaitan
antra kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah matematis,
7) Secara umum sikap
siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran MEA adalah positif.
Beda halnya dengan pendekatan konvensional merupakan pembelajaran yang biasa
digunakan oleh guru-guru di sekolah.
pembelajaran konvensional yang diawali dengan
pemberian informasi oleh guru, tanya jawab, penugasan, pelaksanaan tugas oleh
siswa sampai pada akhirnya guru merasa bahwa materi yang diajarkan telah
dimengerti oleh siswa.
Pada pembelajaran ini, guru tidak banyak
memberikan kesempatan kepada siswa melaksanakan tanya jawab multi arah”. Hal
ini berarti bahwa, dalam pembelajaran konvensional guru lebih berperan aktif
dalam pemberian informasi kepada siswa melalui ceramah maupun tanya jawab dan
siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru, proses ini
mengakibatkan siswa kurang mampu memahami makna dalam pelajaran yang mereka
pelajari.
Pendekatan
pemebelajaran konvensional lebih memusatkan pada penyajian informasi. Guru
masih menyampaikan materi yang akan dibelajarkan secara detail kepada siswa.
Dalam pembelajaran konvensional peran guru sangat dominan sehingga siswa pasif
dalam proses pembelajaran. Peran serta siswa dalam pembelajaran masih
dipengaruhi oleh guru dan ini terllihat saat guru menyajikan materi. Hal ini
menyebabkan siswa kurang mengoptimalkan pemahaman materi dan menjadikan konsep
yang diterima siswa hanya bersifat sementara.
Adapun langkahlangkah pembelajaran
konvensional sebagai berikut.
(1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
kepada siswa,
(2) Guru memberikan informasi tentang
pembelajaran yang akan dilaksanakan,
(3) Guru menyediakan waktu untuk melakukan
tanya jawab,
(4) Guru menugaskan
siswa untuk menulis,
(5) Guru menyimpulkan
hasil belajar tersebut.
Pembelajaran
konvensional peran guru sangat dominan sehingga siswa menjadi pasif dalam
proses pembelajaran. Peran serta siswa dalam pembelajaran masih dipengaruhi
oleh guru dan ini terlihat saat guru menyajikan materi.
Hal ini menyebabkan siswa kurang
mengoptimalkan pemahaman materi dan e-Journal MIMBAR PGSDUniversitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 menjadikan konsep yang diterima
siswa hanya bersifat sementara. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran MEA lebih
tinggi dibandingkan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaraan
konvensional. Artinya, pembelajaran MEA berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaraan matematika kelas IV SD di Desa Bebetin Kecamatan
Sawan.
Selain dari kumpulan
pustaka itu juga ada pendapat dari beberapa orang mengenai sistem pembelajaran
MEA ( Means Ends Analysis ) .
Kebanyakan orang di
indonesia masih asing dengan sistem pembelajaran MEA . Bahkan para Dosen dan
Mahasiswa tidak semua pernah mendengar apa itu MEA.
Kebanyakan mengira
bahwa MEA itu singkatan dari Masyarakat Ekonomi Asean yang cenderung bergerak
dalam bidang prekonomian. MEA yang sebenarnya di sini itu adalah Means Ends
Analysis yang cenderung ke arah pendidikan.
D.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Akan ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa antara yang memperoleh pembelajaran MeansEnds Analysis (MEA) dan
yang tidak memperoleh
2.Membuktikan kepada dunia bahwasannya sistem
pembelajaran MEA ( Means Ends Analisi) merupakan salahsatu sistem pembelajaran
yang jitu untuk meningkatkan kualitas pelajar baik yang siswa maupun sudah
mahasiswa.
3.Banyak cara yang di gunakan dalam menerapkan
konsep MEA dalam pebelajaran
3.Ada banyak dampak yang diperoleh dari pembelajaran
MEA
4.Kurangnya pengenalan dan penerapan MEA di
indonesia ,membuat masyarakat masih asing dengan sistem MEA.
E.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007.
Peraturan Mentri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor41 Tahun 2007 Tentang StandarProses
Satuan Pendidikan Dasar danMenengah.
Hydra, L. 2009. “Means
Ends Analysis.
Tersedia pada http://dglib,upi,edu/available/etd-
0405110-113859/(diakses tanggal 20 f3bruari 2013).
Sudjana, Nana. 2006.
Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono. 2010.
Metode Penelitian
Kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2009.
Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif Progersif Konsep, Landasan Implementasi pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Premada Media Group.
Gunawan,Ridwan.
“ Model Pembelajaran Means-Ends
Analysis (MEA) “ .30 November 2016. http://proposalmatematika23.blogspot.co.id/2013/05/model-pembelajaran-means-ends-analysis.html
Komentar
Posting Komentar